-
Investigasi Berbasis Crowdsourcing: Ketika Rakyat Menjadi Reporter
Di era digital seperti sekarang, batas antara jurnalis profesional dan masyarakat umum semakin kabur. Dengan kemudahan akses teknologi, siapa pun bisa merekam, mendokumentasikan, dan membagikan informasi secara instan. Fenomena ini melahirkan tren baru dalam dunia jurnalistik dan investigasi: investigasi berbasis crowdsourcing. Sebuah metode yang memberdayakan masyarakat untuk menjadi bagian dari proses pengungkapan fakta dan pencarian kebenaran.
Apa Itu Investigasi Berbasis Crowdsourcing?
Crowdsourcing secara umum adalah proses mengandalkan kontribusi dari sekelompok besar orang, terutama melalui internet, untuk menyelesaikan suatu tugas atau mengumpulkan data. Dalam konteks investigasi, crowdsourcing berarti membuka pintu bagi masyarakat umum untuk ikut serta dalam proses investigasi jurnalistik — entah melalui pelaporan kejadian, pengumpulan bukti, atau analisis data.
Model ini mengubah wajah jurnalisme investigasi yang sebelumnya eksklusif dilakukan oleh wartawan profesional. Sekarang, masyarakat biasa dengan smartphone di tangan pun bisa menjadi reporter dalam momen-momen krusial.
Kekuatan di Balik Massa
Mengapa model ini menjadi begitu efektif? Jawabannya terletak pada skala dan kecepatan. Dengan ribuan mata dan telinga di berbagai tempat, informasi bisa dikumpulkan dengan cakupan yang jauh lebih luas daripada yang bisa dijangkau oleh satu tim jurnalis.
Misalnya, dalam kasus bencana alam atau kerusuhan sosial, warga bisa langsung mengirimkan foto, video, dan informasi secara real-time. Hal ini memungkinkan penyelidikan atau pelaporan berkembang lebih cepat dan lebih kaya akan data.
Platform seperti Twitter, Facebook, dan Reddit bahkan sering menjadi sumber awal informasi penting yang kemudian dikembangkan oleh media besar. Di beberapa negara, forum komunitas dan grup WhatsApp menjadi alat utama dalam menyebarkan informasi investigatif dari warga ke warga.
Contoh Kasus Sukses Crowdsourcing Investigatif
Beberapa kasus telah menunjukkan bagaimana investigasi berbasis crowdsourcing memberikan dampak nyata:
-
MH17 dan Bellingcat
Salah satu contoh paling terkenal adalah investigasi jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina pada 2014. Kelompok investigasi independen Bellingcat menggunakan data publik, foto satelit, media sosial, dan kontribusi netizen dari berbagai negara untuk menyusun kronologi kejadian. Mereka berhasil mengungkap keberadaan sistem rudal yang diduga menjatuhkan pesawat tersebut. -
Map Kibera Project (Kenya)
Di kawasan Kibera, Nairobi — salah satu kawasan kumuh terbesar di dunia — penduduk setempat melakukan pemetaan daerah mereka sendiri, termasuk fasilitas umum dan permasalahan sosial. Proyek ini menjadi contoh bagaimana crowdsourcing bisa memberi suara kepada komunitas yang seringkali tak terlihat oleh media. -
Pantau Harga dan Kawal Pemilu di Indonesia
Di Indonesia sendiri, gerakan seperti Pantau Harga dan Kawal Pemilu mengandalkan data warga untuk memantau harga kebutuhan pokok atau memastikan hasil pemilu berlangsung jujur. Ribuan orang terlibat secara sukarela untuk menyuplai dan memverifikasi data.
Tantangan dan Risiko
Walaupun menjanjikan, investigasi berbasis crowdsourcing tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya:
-
Verifikasi Data
Informasi yang dikirimkan oleh publik belum tentu benar atau akurat. Tanpa proses verifikasi yang baik, informasi palsu bisa menyebar dan merusak reputasi bahkan membahayakan pihak tertentu. -
Privasi dan Keamanan
Dalam kasus sensitif, warga yang menyumbang data atau bukti bisa berisiko jika identitas mereka terungkap. Perlindungan terhadap anonimitas dan keamanan harus menjadi prioritas. -
Manipulasi Opini
Karena crowdsourcing terbuka untuk siapa saja, tak jarang pihak tertentu menyusupkan narasi palsu untuk memanipulasi opini publik. Oleh karena itu, moderasi dan analisis tetap harus dilakukan oleh tim yang kompeten.
Peran Teknologi dalam Menguatkan Investigasi Crowdsourcing
Kemajuan teknologi turut mendorong keefektifan crowdsourcing investigatif. Beberapa inovasi penting di antaranya:
-
Platform Kolaboratif
Situs seperti Ushahidi, OpenStreetMap, dan GitHub memungkinkan pengguna untuk berbagi data dan bekerja sama dalam proyek investigatif. -
AI dan Machine Learning
Algoritma kini mampu membantu memilah, memverifikasi, dan menganalisis data dalam jumlah besar yang masuk dari berbagai sumber. -
Blockchain untuk Transparansi
Teknologi blockchain menjanjikan metode untuk menyimpan data secara transparan dan tak dapat diubah, sehingga dapat digunakan untuk menyimpan bukti investigatif dari publik.
Menuju Masa Depan Jurnalisme Partisipatif
Investigasi berbasis crowdsourcing bukan berarti menggeser peran jurnalis, tetapi memperluas jangkauan mereka. Dalam banyak kasus, masyarakat bertindak sebagai sensor awal, sementara jurnalis profesional tetap melakukan verifikasi, pendalaman, dan penyajian informasi dengan standar etika yang tinggi.
Kolaborasi antara warga dan jurnalis adalah bentuk ideal dari jurnalisme masa kini: partisipatif, inklusif, dan berakar pada kebenaran.
Penutup: Ketika Rakyat Tak Lagi Hanya Penonton
Dunia informasi kini bukan lagi panggung yang hanya dimainkan oleh segelintir pihak. Dengan hadirnya investigasi berbasis crowdsourcing, masyarakat telah menjadi aktor utama dalam mengungkap fakta. Rakyat bukan lagi hanya penonton berita, tapi turut serta dalam proses pembuatannya.
Kita hidup di zaman ketika video singkat dari seorang warga bisa memicu penyelidikan nasional, ketika thread di media sosial bisa membuka tabir korupsi, dan ketika setiap orang punya potensi menjadi reporter.
Jika dikelola dengan bijak, kolaborasi antara teknologi dan partisipasi publik ini bisa menjadi alat ampuh untuk menjaga transparansi, menegakkan keadilan, dan memperkuat demokrasi.
Baca juga : Jurnalisme di Dunia AI: Ancaman atau Revolusi?
-
-
Jurnalisme di Dunia AI: Ancaman atau Revolusi?
Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai industri, termasuk jurnalisme. AI kini mampu menghasilkan berita, menganalisis data secara cepat, bahkan menulis artikel dengan gaya yang menyerupai tulisan manusia. Namun, kemajuan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah AI merupakan ancaman bagi jurnalisme tradisional, atau justru membawa revolusi yang memperkaya dunia media?
AI dalam Jurnalisme: Kemajuan yang Tidak Terelakkan
1. Automasi dalam Produksi Berita
Salah satu kontribusi utama AI dalam jurnalisme adalah kemampuannya untuk mengotomatisasi produksi berita. Beberapa perusahaan media besar seperti The Washington Post dan Associated Press telah menggunakan AI untuk menulis berita berbasis data, seperti laporan keuangan atau hasil pertandingan olahraga. AI memungkinkan berita-berita ini dipublikasikan dalam hitungan detik setelah data tersedia.
2. Analisis Data yang Cepat dan Akurat
AI dapat memproses dan menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat, memungkinkan jurnalis untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Misalnya, AI dapat memantau tren media sosial, mengidentifikasi pola dalam big data, dan mengungkapkan berita yang mungkin terlewatkan oleh manusia. Ini membantu jurnalis mendapatkan wawasan yang lebih kaya dalam menulis laporan investigatif.
3. Personalisasi Konten
Dengan menggunakan machine learning, AI dapat menyajikan berita yang disesuaikan dengan preferensi pembaca. Platform berita digital seperti Google News dan Apple News menggunakan algoritma AI untuk mengkurasi konten berdasarkan riwayat pencarian dan minat pengguna. Ini meningkatkan keterlibatan audiens dan memberikan pengalaman membaca yang lebih relevan.
Ancaman AI terhadap Dunia Jurnalisme
1. Menurunnya Kebutuhan akan Jurnalis Manusia
Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi dalam industri media, ada kekhawatiran bahwa jurnalis manusia akan kehilangan pekerjaan. Jika AI mampu menulis artikel dengan cepat dan efisien, apakah peran jurnalis manusia akan semakin berkurang? Banyak redaksi mulai mengandalkan AI untuk menulis berita-berita sederhana, yang dapat mengancam pekerjaan jurnalis entry-level.
2. Risiko Penyebaran Disinformasi
AI memiliki potensi besar dalam menyebarkan berita palsu (fake news) jika tidak dikontrol dengan baik. Algoritma AI dapat dengan mudah digunakan untuk membuat dan menyebarkan berita yang bias atau tidak akurat. Deepfake, misalnya, telah menjadi tantangan baru dalam dunia jurnalisme karena AI dapat memanipulasi video dan suara secara realistis, mengaburkan batas antara fakta dan fiksi.
3. Kehilangan Sentuhan Manusiawi dalam Berita
Meskipun AI mampu menulis berita berbasis data, masih ada aspek yang tidak dapat digantikan oleh mesin, yaitu empati dan intuisi manusia. Jurnalisme bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang menyampaikan cerita dengan kedalaman emosional yang dapat menyentuh pembaca. Laporan investigatif yang membutuhkan interaksi manusia, wawancara mendalam, dan interpretasi kompleks masih menjadi keunggulan jurnalis manusia.
AI sebagai Revolusi dalam Jurnalisme
1. Kolaborasi AI dan Jurnalis untuk Hasil yang Lebih Baik
Daripada melihat AI sebagai ancaman, banyak pakar media berpendapat bahwa AI dapat menjadi alat yang memperkuat jurnalisme. AI dapat menangani tugas-tugas yang repetitif, seperti transkripsi wawancara atau penyaringan data, sehingga jurnalis dapat fokus pada tugas yang lebih kreatif dan analitis. AI dapat menjadi asisten yang membantu jurnalis dalam melakukan riset lebih cepat dan lebih akurat.
2. Peningkatan Efisiensi dan Aksesibilitas Berita
Dengan bantuan AI, berita dapat diproduksi dan didistribusikan lebih cepat ke seluruh dunia. AI juga memungkinkan penerjemahan otomatis, yang membantu jurnalisme lintas bahasa. Ini membuat berita lebih mudah diakses oleh audiens global dan meningkatkan keterjangkauan informasi yang sebelumnya terbatas oleh hambatan bahasa.
3. Fakta Lebih Akurat dengan AI
AI dapat membantu dalam verifikasi fakta dengan cepat, mengidentifikasi sumber yang tidak kredibel, dan mendeteksi berita palsu. Algoritma AI yang canggih dapat menganalisis berbagai sumber berita dan menilai kredibilitasnya, membantu jurnalis dalam memastikan informasi yang mereka sampaikan benar-benar akurat.
Masa Depan Jurnalisme di Era AI
Di masa depan, jurnalisme kemungkinan besar akan bergerak ke arah di mana manusia dan AI bekerja bersama. AI akan menjadi alat yang mendukung jurnalis dalam melakukan investigasi, menganalisis data, dan mendistribusikan berita dengan lebih efisien. Namun, unsur manusia tetap tidak dapat dihilangkan, terutama dalam jurnalisme investigatif dan laporan mendalam yang membutuhkan intuisi dan pemahaman emosional.
Untuk itu, para jurnalis perlu beradaptasi dengan teknologi AI dan memanfaatkannya sebagai alat bantu, bukan sebagai pesaing. Kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan etika jurnalisme tetap menjadi faktor kunci yang membedakan jurnalis manusia dari mesin.
Kesimpulan
AI membawa dampak besar bagi dunia jurnalisme, baik sebagai ancaman maupun revolusi. Di satu sisi, AI dapat mengotomatisasi berita, meningkatkan efisiensi, dan membantu dalam analisis data. Di sisi lain, AI juga menimbulkan risiko bagi jurnalis manusia, baik dalam hal kehilangan pekerjaan maupun penyebaran disinformasi.
Namun, jika dimanfaatkan dengan benar, AI dapat menjadi alat yang memperkaya jurnalisme, bukan menggantikannya. Kolaborasi antara AI dan jurnalis dapat menghasilkan berita yang lebih akurat, cepat, dan relevan bagi audiens. Dengan demikian, masa depan jurnalisme bukanlah tentang manusia versus AI, tetapi tentang bagaimana manusia dan AI dapat bekerja bersama untuk menciptakan ekosistem media yang lebih baik.
Baca juga : Etika Jurnalistik dalam Era Digital: Menjaga Integritas di Tengah Arus Informasi
-
Etika Jurnalistik dalam Era Digital: Menjaga Integritas di Tengah Arus Informasi
Di era digital, arus informasi bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi, siapa pun bisa menjadi “jurnalis” hanya dengan sebuah ponsel dan akses internet. Namun, kebebasan ini juga membawa tantangan besar, terutama terkait etika jurnalistik. Penyebaran berita hoaks, clickbait, hingga bias informasi menjadi ancaman serius bagi integritas jurnalisme. Oleh karena itu, pemahaman dan penerapan etika jurnalistik menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk menjaga kualitas dan kredibilitas informasi.
Prinsip-Prinsip Etika Jurnalistik
Etika jurnalistik berfungsi sebagai pedoman bagi jurnalis untuk menjaga kejujuran, akurasi, dan profesionalisme dalam menyampaikan informasi. Beberapa prinsip utama yang harus diterapkan dalam era digital meliputi:
1. Kebenaran dan Akurasi
Jurnalis harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar dan dapat diverifikasi. Dalam era digital, tekanan untuk menjadi yang pertama dalam melaporkan berita sering kali menyebabkan penyebaran informasi yang belum terverifikasi. Jurnalis profesional harus melakukan riset mendalam, mengecek sumber, dan memastikan keakuratan sebelum mempublikasikan berita.
2. Independensi dan Netralitas
Jurnalis harus tetap netral dan tidak memihak dalam menyajikan informasi. Kepentingan politik, ekonomi, atau pribadi tidak boleh mempengaruhi isi berita. Independensi ini penting untuk membangun kepercayaan publik terhadap media dan mencegah manipulasi informasi.
3. Kejujuran dalam Pengemasan Berita
Judul berita yang bersifat clickbait sering kali digunakan demi menarik perhatian pembaca. Namun, judul yang menyesatkan atau berlebihan dapat merusak kredibilitas media. Oleh karena itu, berita harus disajikan secara jujur, tidak mengandung unsur manipulatif, dan sesuai dengan fakta.
4. Menghormati Privasi
Dalam era digital, informasi pribadi lebih mudah diakses dan disebarkan. Jurnalis harus menghormati privasi individu dan memastikan bahwa berita yang dipublikasikan tidak melanggar hak-hak privasi seseorang tanpa alasan yang jelas dan relevan dengan kepentingan publik.
5. Tidak Menyebarkan Kebencian dan Hoaks
Media dan jurnalis bertanggung jawab untuk tidak menyebarkan informasi yang bersifat provokatif, diskriminatif, atau mengandung ujaran kebencian. Di era digital, penyebaran hoaks dapat dengan cepat menimbulkan perpecahan sosial. Oleh karena itu, verifikasi fakta menjadi langkah penting sebelum menyebarkan berita.
Tantangan Etika Jurnalistik dalam Era Digital
Meskipun prinsip-prinsip etika jurnalistik sudah jelas, penerapannya dalam era digital menghadapi berbagai tantangan, di antaranya:
1. Penyebaran Hoaks dan Disinformasi
Kemajuan teknologi telah mempermudah siapa saja untuk membuat dan menyebarkan berita palsu. Hoaks sering kali dirancang untuk memanipulasi opini publik dan dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial. Tantangan bagi jurnalis adalah bagaimana tetap menjaga keakuratan berita di tengah banjir informasi yang tidak selalu dapat dipercaya.
2. Tekanan Komersial dan Clickbait
Media digital sering kali mengandalkan pendapatan dari iklan, yang membuat mereka terdorong untuk mengejar klik sebanyak mungkin. Akibatnya, banyak media yang menggunakan clickbait atau sensasionalisme untuk menarik pembaca, tanpa memperhatikan akurasi atau dampak etis dari berita yang disajikan.
3. Algoritma dan Bias Informasi
Media sosial dan mesin pencari menggunakan algoritma untuk menyajikan berita yang sesuai dengan preferensi pengguna. Hal ini sering kali menciptakan “filter bubble,” di mana seseorang hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan pandangan mereka, yang dapat memperkuat bias dan membatasi sudut pandang yang lebih luas.
4. Kesulitan Verifikasi Sumber
Di era digital, banyak informasi berasal dari sumber anonim atau media yang tidak kredibel. Jurnalis harus lebih berhati-hati dalam memverifikasi sumber sebelum menggunakan informasi tersebut dalam berita mereka.
Solusi untuk Menjaga Etika Jurnalistik di Era Digital
Menghadapi tantangan tersebut, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh jurnalis dan media untuk tetap menjunjung tinggi etika jurnalistik:
1. Meningkatkan Literasi Digital
Penting bagi jurnalis dan masyarakat untuk memiliki literasi digital yang baik. Memahami bagaimana cara kerja algoritma, mengenali hoaks, dan mengetahui teknik verifikasi informasi dapat membantu dalam menyeleksi berita yang kredibel.
2. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik
Media harus tetap berpegang pada kode etik jurnalistik yang sudah ada, seperti yang dikeluarkan oleh Dewan Pers atau organisasi jurnalistik internasional. Kode etik ini menjadi pedoman dalam menjaga kualitas dan integritas berita.
3. Menggunakan Teknologi untuk Verifikasi Fakta
Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan blockchain kini mulai digunakan untuk memverifikasi keaslian berita dan sumber informasi. Jurnalis dapat memanfaatkan berbagai alat pengecekan fakta untuk memastikan bahwa berita yang mereka laporkan benar adanya.
4. Transparansi dalam Peliputan
Media harus lebih transparan mengenai sumber berita mereka. Jika ada kesalahan dalam pelaporan, mereka harus segera mengoreksi dan memberikan klarifikasi kepada publik. Transparansi ini membantu membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap media.
5. Mendorong Jurnalisme Investigatif
Alih-alih sekadar menyajikan berita cepat, media harus lebih fokus pada jurnalisme investigatif yang mendalam. Laporan investigasi dapat memberikan analisis yang lebih komprehensif dan membantu masyarakat memahami suatu isu dengan lebih baik.
Kesimpulan
Etika jurnalistik dalam era digital bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan. Meskipun kemajuan teknologi telah membawa banyak manfaat bagi industri media, tantangan dalam menjaga integritas informasi juga semakin besar. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip etika jurnalistik harus menjadi prioritas bagi jurnalis dan media. Dengan menjaga akurasi, netralitas, serta transparansi, jurnalis dapat terus menjadi pilar kepercayaan masyarakat dalam memperoleh informasi yang berkualitas. Hanya dengan cara ini, jurnalisme digital dapat berkembang tanpa mengorbankan etika dan tanggung jawab sosialnya.
Baca juga : Apakah Jurnalisme Jalur Karir Yang Baik?
-
Apakah Jurnalisme Jalur Karir Yang Baik?
Jika Anda suka menceritakan kisah yang kuat, Anda mungkin mempertimbangkan karier jurnalisme. Tapi mungkin perubahan dalam industri media membuat Anda bertanya-tanya — apakah jurnalisme adalah bidang yang menjanjikan? Apakah saya harus khawatir tentang keamanan kerja? Saya pikir surat kabar memberhentikan reporter dan majalah tutup sama sekali?
Jangan menyerah pada jalur karir jurnalisme dulu. Banyak perubahan terbaru dalam jurnalisme yang positif. Teknologi dan media digital telah menciptakan peluang baru bagi calon jurnalis.
Apakah Anda memimpikan karir sebagai reporter yang hebat atau terpesona oleh jurnalisme internet, peran berikut hanyalah beberapa posisi untuk Anda lihat saat Anda mempertimbangkan seperti apa karir jurnalisme bagi Anda.
Analis Berita, Reporter, dan Jurnalis
Sementara ini adalah beberapa judul pertama yang terlintas dalam pikiran ketika orang berpikir tentang PHK di bidang jurnalisme, Biro Statistik Tenaga Kerja memproyeksikan pertumbuhan 6% dalam kesempatan kerja antara 2020–2030, yang kira-kira secepat rata-rata untuk semua pekerjaan. Sebagian besar dari pertumbuhan ini kemungkinan akan menjadi upaya pemulihan dalam menanggapi dampak pandemi COVID-19, tetapi kabar baiknya tetap sama: harus ada jumlah lowongan pekerjaan yang wajar untuk beberapa peran jurnalisme tradisional selama dekade berikutnya.
Banyak dari profesional ini bekerja untuk surat kabar, majalah, dan situs web yang membuat konten tertulis. Lainnya mencari pekerjaan di televisi atau radio di mana mereka melaporkan melalui format video dan audio.
Jadi apa hari dalam kehidupan seorang analis berita, reporter, atau jurnalis? Berikut adalah beberapa tugas yang mereka lakukan:
– Meneliti topik yang ditugaskan kepada mereka oleh editor atau direktur berita
– Mengembangkan pakar dan kontak yang dapat menjadi sumber dan memberikan tip
– Mewawancarai pakar materi pelajaran dan individu lain yang relevan
– Mempromosikan dan menulis cerita, skrip, dan artikelMaster of Arts online dalam Jurnalisme Digital atau Olahraga di Universitas St. Bonaventure mempersiapkan siswa untuk berhasil dalam tugas-tugas ini dan lebih banyak lagi melalui kursus seperti Pelaporan Digital dan Penceritaan Media Sosial. Dengan menggabungkan keterampilan jurnalisme tradisional yang terasah dengan keahlian dalam media dan pelaporan online, program gelar membekali Anda dengan keterampilan yang diperlukan untuk karir berkelanjutan sebagai jurnalis, analis berita, atau reporter.
Tuan Rumah Podcast
Sampai sekitar sepuluh tahun yang lalu, kebanyakan orang bahkan belum pernah mendengar tentang podcast. Tapi sekarang, lebih dari setengah orang Amerika mengatakan mereka telah mendengarkan podcast dan lebih dari tiga perempatnya mengaku familiar dengan media tersebut. Sebagian besar pertumbuhan popularitas terjadi antara 2018 dan 2021, rentang tiga tahun yang melihat peningkatan 29,5% dalam pendengar podcast. Gabungkan fakta itu dengan pengetahuan bahwa dua pertiga pendengar podcast masih muda — antara 12-34 tahun — dan ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa bidang podcasting hanya akan terus berkembang.Jurnalis Siaran
Jurnalis siaran melaporkan dan menceritakan kisah untuk televisi, radio, atau online. Mereka cenderung melakukan banyak tugas, termasuk produksi, penulisan, pelaporan lapangan, dan penahan. Sehari dalam kehidupan seorang jurnalis siaran mungkin terlihat seperti:
– Menghasilkan ide untuk cerita baru dan mempresentasikannya ke tim mereka
– Memanggil sumber potensial untuk berbicara tentang berpartisipasi dalam sebuah cerita
– Melakukan wawancara dengan narasumber
– Menulis skrip untuk segmen langsung atau rekaman
– Merekam audio voice-over dan siaran videoBeberapa jabatan jurnalis siaran termasuk pembawa berita televisi, komentator, dan penyiar. Misalnya, alumni SBU Neil Cavuto (angkatan 1980), sekarang menjabat sebagai Sr. Vice President, Anchor dan Managing Editor Business News, Fox News Channel & Fox Business Network. Gelar sebelumnya termasuk komentator dan jurnalis bisnis.
Reporter Investigasi
Reporter investigasi dapat bekerja untuk berbagai outlet berita, termasuk surat kabar, majalah, situs web, saluran televisi, atau stasiun radio. Mereka melakukan penelitian yang ekstensif, pelaporan, dan analisis untuk menyajikan cerita yang tak terhitung mengenai berita dan peristiwa terkini kepada publik. Cerita yang dilaporkan oleh reporter investigasi sering kali meliput masalah serius seperti kejahatan, korupsi, dan penyamaran.Misalnya, Charlie Specht, SBU Angkatan 2010 adalah Kepala Investigator di 7 Eyewitness News di Buffalo, New York. Specht telah memenangkan penghargaan untuk laporan investigasinya yang mencakup, antara lain:
– Perjudian, korupsi, dan polusi di Air Terjun Niagara.
– Kecurangan kontrak dan kesalahan penanganan serangan seksual oleh administrasi perguruan tinggi di Niagara County Community College
– Seorang dokter tanpa izin yang mengiklankan prosedur medis dengan nama palsu setelah dibebaskan dari penjaraProduser
Produser bekerja dalam pengaturan jurnalisme siaran seperti televisi dan radio untuk membentuk dan menyajikan cerita dan segmen. Mereka sering bertanggung jawab untuk menyatukan siaran berita yang kohesif dari berbagai segmen dan cerita yang dilaporkan pada hari itu. Produser bekerja dengan semua orang mulai dari reporter hingga kru studio hingga desainer visual untuk membuat siaran berkualitas tinggi.
Kerry Byrnes, kelas SBU tahun 1993, adalah Produser Berita NBC untuk acara HARI INI dari tahun 2000–2020. Sebagai produser di acara pagi, Brynes mengingat beberapa sorotan karir dalam menceritakan beragam kisah, termasuk:
– Sepuluh Pertandingan Olimpiade
– Tiga hari di RV melalui Nebraska bersama Bono, penyanyi utama U2, saat dia mendidik siswa sekolah menengah tentang epidemi AIDS di Afrika
– Konvensi presiden, konser, dan wawancara selebritiJika Anda masih ingin mendapatkan informasi yang lebih, kami telah mempersiapkan artikel lain yang dapat membantu anda : Ion Casino: Jurnalisme Masa Kini dan Masa Depan
-
Jurnalisme Masa Kini dan Masa Depan
Pada saat informasi meluap-luap, jurnalisme telah kehilangan tujuannya. Surat kabar, yang secara tradisional merupakan penjaga api jurnalistik, akan pergi. Apa masa depan pers? Kemungkinan pergeseran dari pelaporan menuju interpretasi.
Konstitusi negara-negara demokratis menjamin kebebasan pers. Di luar itu, sangat sedikit di dalamnya tentang jurnalisme—tidak ada dalam Konstitusi AS, misalnya. Namun citra diri jurnalis adalah bahwa pekerjaan mereka penting untuk kelangsungan demokrasi: Jurnalis memberi tahu publik tentang pertanyaan-pertanyaan penting, mereka mengatakan kebenaran kepada kekuasaan; tanpa Washington Post untuk menyalakan lampu, demokrasi mati dalam kegelapan .
Pada tahun 1983, ketika pemerintahan Reagan menginvasi pulau Grenada tetapi mencegah wartawan keluar, John Chancellor, pembawa berita televisi NBC, sangat marah dengan keputusan ini. Wartawan, kata Rektor, adalah “wakil rakyat.” Ahli teori media Andrey Mir menyebut ini “mitos surat kabar”. Saya kadang menyebutnya sebagai ideologi berita.
Pada kenyataannya, tentu saja, berita adalah sebuah industri—bisnis yang menghasilkan keuntungan. Jeff Bezos, pemilik Washington Post , adalah salah satu orang terkaya di dunia—tetapi Bezos masih mengharapkan Post menghasilkan uang . Bahkan BBC, sebuah lembaga penyiaran publik yang didanai oleh biaya televisi, menjual program beritanya kepada distributor asing seharga ratusan juta dolar.
Di AS dan banyak negara lain, apa yang dijual demi keuntungan bukanlah berita—tetapi bola mata para pengiklan. Dalam pengertian material yang paling kasar, jurnalis menulis bukan untuk menjaga demokrasi agar tidak mati dalam kegelapan, tetapi untuk menarik audiens yang dapat dijual ke Coca-Cola dan General Motors.
Itu menjelaskan sebagian besar isi berita: kebakaran dan berbagai bencana, kejahatan, konflik, pemujaan terhadap bintang film dan selebritas. Ini juga menjelaskan gaya jurnalisme tradisional yang aneh, dengan suaranya yang impersonal dan pembagian konten yang sewenang-wenang antara laporan faktual dan opini. Tujuannya adalah untuk menjaga agar penonton digiring menjadi massa konsumerisme yang bahagia.
Abad ke- 20 adalah masa keemasan model bisnis ini. Surat kabar dikonsolidasikan ke dalam monopoli lokal, majalah berita menjamur, jurnalis dipekerjakan untuk staf ruang redaksi dan biro asing yang berkembang. Informasi itu langka—itu membuatnya berharga. Saya bekerja di bagian CIA yang melihat media global. Ketika saya masih seorang analis muda, volume informasi hanya sedikit. Jika Anda memiliki bagian apa pun darinya, Anda bisa menarik bola mata yang menguntungkan itu.
Hari itu selesai. Beberapa dekade terakhir telah menjadi salah satu bencana berkepanjangan bagi industri berita. Di AS, 2000 surat kabar telah ditutup sejak 2004. Pekerjaan ruang redaksi turun 57 persen sejak 2008, dengan lebih dari 16.000 jurnalis kehilangan pekerjaan mereka pada tahun 2020 saja. Bencana Amerika ini telah direplikasi di seluruh dunia.
Apa yang terjadi? Saya pikir kita semua tahu. Tsunami digital terjadi. Sejak pergantian abad, tsunami itu telah menerjang setiap institusi manusia di dunia. Volume belum pernah terjadi sebelumnya. Informasi yang dihasilkan pada tahun 2001 dua kali lipat dari semua sejarah sebelumnya, kembali ke lukisan gua dan awal budaya. 2002 berlipat ganda 2001. Model bisnis yang dibentuk untuk mengeksploitasi kelangkaan informasi tidak akan berhasil di zaman yang berlebihan.
Saat ini, informasi seperti itu memiliki nilai yang kecil. Diberdayakan oleh platform digital, publik mengontrol ketinggian komando atas lanskap informasi, dan publik, ternyata, sangat marah pada para elit yang mengelola institusi hierarkis abad ke-20 itu — terutama marah pada media berita. Sementara itu, pengiklan telah melarikan diri secara online, sebagian besar ke Facebook dan Google .
Dalam latar belakang inilah—kegaduhan digital noise dan kegagalan institusional—kita harus menjawab pertanyaan tentang hubungan jurnalisme dengan demokrasi dan kapitalisme.
-
Panduan Jurnalis untuk Dasar-Dasar Menulis
Bagi banyak orang, jurnalisme identik dengan menulis dan akurasi.Kami juga menyediakan turnamen untuk beberapa jurnalis terbaik. Setelah memburu dan mendokumentasikan sebuah berita penting untuk publik, tugas jurnalis selanjutnya adalah memastikan bahwa laporannya jelas, ringkas, dan bebas dari kesalahan gaya bahasa dan faktual. Wartawan yang bercita-cita tinggi dan profesional sebaiknya mengingat tujuan ini saat menulis draf pertama, tetapi mengedit dan mengoreksi sehingga potongan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh The Associated Press Stylebook juga merupakan bagian penting dari menjaga cerita tetap menarik dan kredibel. Untuk menjadi jurnalis yang lebih baik, reporter harus kembali ke dasar penulisan: Mereka harus membaca karya jurnalis lain untuk memahami bagaimana gaya dapat memengaruhi karya dan berlatih menulis untuk membuat karya mereka terasa seperti kebiasaan. Wartawan juga dapat mengikuti tes ejaan secara teratur dan membangun kosakata mereka sehingga kata yang tepat untuk menggambarkan suatu adegan, peristiwa, atau orang tidak luput dari perhatian mereka.
Tata Bahasa dan Tanda Baca
Untuk menjadi jurnalis yang baik, Anda harus belajar menulis dengan jelas dan ringkas. Menggunakan tata bahasa yang baik dan tanda baca yang benar dapat membantu Anda berkomunikasi seperti seorang profesional, menambah otoritas pada pekerjaan Anda, dan menghindari ambiguitas. Anda juga dapat menjaga diri dari membuat kesalahan mahal yang memerlukan pencabutan dengan memahami pentingnya tata bahasa dan tanda baca yang tepat. Memiliki pemahaman yang baik tentang tata bahasa dan tanda baca lebih dari sekadar bentuk; juga membantu menegakkan integritas dan etika jurnalistik.
Tanda baca khususnya dapat secara radikal mengubah arti sebuah kalimat. Tanda kutip yang ditempatkan dengan tidak benar dapat menempatkan kata-kata di mulut subjek yang tidak pernah mereka ucapkan, tanda kutip yang tidak benar dapat gagal menunjukkan kepemilikan literal, dan tanda hubung yang digunakan dengan benar dapat memastikan kejelasan frasa. Untuk tips lebih lanjut tentang cara membuat gaya penulisan yang sesuai dengan subjek Anda, lihat The Associated Press Stylebook. Tergantung pada media dan preferensi pribadi Anda, Anda dapat mempertimbangkan untuk membuat beberapa modifikasi pada pedoman yang ditemukan di dalamnya. Misalnya, meskipun The Associated Press Stylebook tidak menggunakan koma Oxford, beberapa publikasi mungkin menggunakannya sebagai bagian dari gaya rumah mereka.
- Jurnalis dan Tata Bahasa
- Ketika Jurnalis Tidak Tahu Tata Bahasa (PDF)
- Aturan Tata Bahasa (PDF)
- Tata Bahasa, Ejaan, dan Tanda Baca untuk BBC
- Dasar-dasar Gaya Associated Press
Ejaan
Meskipun banyak masyarakat menganggap jurnalisme sebagai sumber terbaik untuk berita yang kredibel, reporter dapat menunjukkan kesalahan ketika mereka memiliki keterampilan mengeja yang lemah. Menyajikan cerita yang akurat dan menawan sering kali bergantung pada cara jurnalis dengan kata-kata, termasuk kemampuan mengeja mereka. Kesalahan ejaan dapat menyebabkan masalah besar dalam teks Anda, apakah itu untuk sementara membuat pembaca keluar dari bagian atau mengubah arti kalimat, menambahkan ketidakakuratan yang memerlukan koreksi setelah publikasi. Saat menulis karya Anda, tetap waspada terhadap homofon, variasi dialektika, dan kata-kata yang perlu menggunakan huruf besar. Pertimbangkan untuk secara teratur membangun pengetahuan ejaan Anda dengan mengikuti tes ejaan online, terus mengetahui kata-kata baru yang terkait dengan teknologi, dan mendaftar di kursus penyegaran, jika perlu.
Kosakata
Pemahaman kosa kata yang luas dan beragam dapat bermanfaat bagi kebanyakan orang, tetapi dapat sangat bermanfaat bagi jurnalis. Mengetahui banyak kata yang berbeda dapat membantu Anda memilih deskriptor yang sempurna dan dapat mempertajam dan mempersingkat tulisan Anda, terutama ketika Anda sedang mengerjakan tenggat waktu yang ketat atau perlu menjaga cerita Anda dalam panjang yang ditentukan. Biasakan setiap hari untuk memeriksa situs web kamus, menggunakan aplikasi yang menampilkan kata-kata hari ini, atau bermain game yang berpusat pada kata seperti Jumble dan Scrabble. Profesi jurnalis juga memiliki jargon tersendiri, dan bagi seorang jurnalis profesional, penting untuk mempelajari istilah-istilah ini untuk dapat berkomunikasi lebih baik dengan rekan kerja dan editor.
Pengoreksian
Karena jurnalisme yang baik bergantung pada akurasi dan kejelasan, proofreading adalah komponen penting untuk menulis cerita yang bagus. Pengoreksian dasar harus mencakup pemeriksaan kesalahan tata bahasa, ejaan, dan pemformatan. Idealnya, Anda juga harus mencari cara untuk meningkatkan kejelasan dan meningkatkan alur, bahkan jika itu berarti menulis ulang kalimat, dan perhatikan masalah konsistensi. Memeriksa kesalahan artikel Anda tidak boleh berakhir dengan mencari kesalahan tata bahasa dan tanda baca standar, meskipun: Sesi proofreading yang baik juga dapat mencakup pengecekan fakta dan verifikasi klaim Anda. Sebagai bagian dari penyelesaian akhir pada pekerjaan Anda, ada baiknya meminta bantuan editor salinan profesional untuk menangkap kesalahan dan memastikan keakuratan karya sebelum disajikan ke publik.
-
Cara Menjadi Wartawan : 5 Tips untuk Calon Wartawan
Karier di bidang jurnalisme menawarkan lingkungan kerja yang menarik dan serba cepat, sempurna bagi mereka yang menyukai mendongeng dan peristiwa terkini.
Maka, tidak mengherankan bahwa ini adalah jabatan yang banyak dicari di kalangan petualang, penulis, dan pencari kebenaran. Jika Anda mempertimbangkan karir sebagai jurnalis, ada beberapa hal yang harus Anda ketahui tentang memulai dan mempersiapkan diri untuk sukses.
Apa yang Dilakukan Wartawan?
Ketika Anda memikirkan jurnalis, gambar Walter Cronkite, Barbara Walters, dan Dan Almost mungkin muncul di benak Anda—dan untuk alasan yang baik, karena ikon-ikon ini dan semangat mereka untuk pekerjaan mereka adalah bagian dari alasan mengapa banyak dari kita mempertimbangkan untuk berkarir di lapangan ini.Tapi mereka juga bukan satu-satunya wajah jurnalisme. Benar, sosok yang paling terlihat di bidang ini adalah yang kita lihat setiap malam di berita malam. Namun di dunia saat ini khususnya, di mana lebih banyak orang mendapatkan berita dari situs web, blog, dan media sosial daripada dari CBS atau BBC, wajah jurnalisme berubah.
Istilah “jurnalis” dapat menggambarkan seseorang yang menulis untuk publikasi cetak, seperti surat kabar atau majalah tradisional; seorang reporter yang mengejar badai atau menghadiri konferensi pers kepresidenan, sebelum berbicara di depan kamera tentang temuan mereka; atau pekerja lepas yang menulis artikel online untuk situs berita baru.
Tugas jurnalis adalah menyampaikan sebuah cerita dan menyajikan fakta, sehingga khalayak dapat membentuk opininya sendiri dan membuat keputusannya sendiri.
Pekerjaan ini membutuhkan lebih dari sekedar terlihat cantik di depan kamera atau menampar byline Anda pada sebuah artikel: jurnalis bertanggung jawab atas penelitian ekstensif, penulisan, dan pengecekan fakta yang masuk ke hasil akhir mereka, selain memupuk hubungan dengan subjek wawancara mereka dan selalu menunggu cerita selanjutnya.
Cara Menjadi Jurnalis
Di bawah ini adalah 7 tips yang akan mempersiapkan Anda untuk sukses sebagai jurnalis masa depan.1. Sempurnakan keterampilan menulis Anda
Tentu saja, gelar hanya dapat membawa Anda sejauh ini. Untuk menjadi jurnalis yang sukses, Anda harus mengasah keterampilan menulis dan melaporkan sendiri.
Salah satu cara pasti untuk melakukan ini adalah dengan menulis di sejumlah bidang subjek. Anda dapat berlatih dengan memulai blog untuk membangun merek Anda dan membangun suara Anda sebagai penulis. Cobalah menulis posting blog tentang peristiwa terkini dan hal-hal yang terjadi di daerah Anda, dan temukan subjek yang menarik untuk diwawancarai.
2. Pelajari cara mewawancarai orang
Sebagai seorang jurnalis, Anda juga harus melatih keterampilan berpikir kritis dan bertanya. Pelajari wawancara dari beberapa reporter top industri dan perhatikan strategi yang mereka gunakan.
3. Jaringan dengan reporter, penulis, dan editor
Bagian besar dari membobol industri apa pun adalah mengetahui orang yang tepat. Mulailah berjejaring sejak dini dengan reporter, penulis, editor, dan tokoh relevan lainnya dalam bisnis ini.
Jangkau reporter yang Anda kagumi dan tanyakan dengan sopan apakah mereka punya waktu untuk mengobrol. Jika Anda diberi kesempatan untuk berbicara dengan mereka secara langsung atau melalui telepon, beri tahu mereka tentang pengalaman dan tujuan karir Anda, dan tanyakan kepada mereka tentang pengalaman mereka sendiri dan untuk saran yang dapat mereka tawarkan kepada Anda.
4. Cobalah magang
Cara hebat lainnya untuk membangun koneksi adalah melalui magang. Magang untuk surat kabar, majalah, atau perusahaan media memberikan pengalaman yang tak ternilai, dan Anda akan melihat langsung tugas sehari-hari seorang jurnalis.
Dengan banyaknya publikasi digital, ada banyak peluang saat ini bagi wartawan pemula untuk memulai dengan menulis artikel blog atau melakukan penelitian, bahkan dari rumah.
Anda mungkin tidak selalu dibayar untuk pekerjaan Anda, tetapi koneksi dan pelajaran yang akan Anda dapatkan dari magang benar-benar dapat membuat perbedaan bagi lulusan baru dan siapa pun yang baru di industri ini.
5. Menulis untuk publikasi yang sudah mapan
Untuk membuat nama untuk diri Anda sendiri, Anda harus membuat byline Anda menjadi beberapa publikasi yang lebih menonjol dan mapan.
Ini tidak selalu mudah, tetapi tentu saja bukan tidak mungkin. Ini hanya membutuhkan beberapa pemikiran strategis dan ketekunan.
Pertimbangkan kekuatan dan bidang minat atau keahlian Anda. Kemudian, riset publikasi yang sesuai dengan minat tersebut dan yang akan tertarik dengan ide cerita Anda.
Temukan informasi kontak yang sesuai untuk publikasi tersebut (biasanya editor yang bertanggung jawab atas bagian yang akan Anda tulis), dan kirimkan email kepada mereka untuk menyampaikan cerita Anda. Jangan takut untuk (dengan sopan) menindaklanjuti beberapa kali, tetapi juga mengenali kapan saatnya untuk menyesuaikan strategi Anda dan mengajukan ide yang berbeda.
Jika Anda ingin menulis tentang bidang yang lebih khusus, Anda juga dapat mempertimbangkan untuk mengambil jurusan ganda atau mengambil jurusan di bawah umur (misalnya, jurusan ganda dalam komunikasi dan ilmu politik, atau belajar jurnalisme dengan siswa di bawah umur dalam urusan internasional.
Yang penting di sini adalah Anda memiliki gelar, idealnya dalam sesuatu yang berhubungan dengan jurnalisme atau menulis.
Jika Anda masih ingin mendapatkan informasi yang lebih tentang tips yang dibutuhkan untuk menjadi jurnalis, kami telah mempersiapkan artikel lain yang dapat membantu anda : Keterampilan Yang Dibutuhkan untuk Menjadi Jurnalis
-
Keterampilan Yang Dibutuhkan untuk Menjadi Jurnalis
Jurnalisme pulsa adalah salah satu profesi yang paling dicari di antara karir media dan hiburan modern dan untuk alasan yang baik. Ledakan saluran berita televisi dan platform media digital telah memunculkan peluang yang tak terhitung jumlahnya untuk menyiarkan profesional selama dua dekade terakhir.
MEMBANGUN KARIR DI JURNALISME SIARAN
Pentingnya jurnalisme penyiaran dalam masyarakat dan dalam kehidupan kita sehari-hari tidak dapat cukup digarisbawahi. Sebagian besar dari kita bergantung pada berbagai outlet media dan platform untuk mendapatkan informasi, belajar tentang peristiwa di seluruh dunia, mengumpulkan berita dan mendidik diri kita sendiri tentang berbagai mata pelajaran. Namun, kita tahu perbedaan antara jurnalisme yang baik dan yang biasa-biasa saja. Tapi apa yang membuat seorang jurnalis menjadi baik atau buruk?
Apakah itu kemampuannya untuk menangkap dan mempertahankan perhatian Anda? Apakah itu kendali mereka atas bahasa? Apakah fakta bahwa mereka dapat berbicara tentang suatu subjek secara objektif sambil mengesampingkan bias pribadi mereka? Atau karena mereka tampil sebagai pendongeng yang fantastis?
Yah, itu semua di atas – dan banyak lagi.
Kualitas penting seorang jurnalis siaran
Sementara gelar jurnalisme penyiaran atau kursus jurnalisme dan komunikasi massa dapat membantu Anda mempelajari mata pelajaran utama dan memberi Anda dasar yang kuat, ada beberapa kualitas dan aspek kepribadian Anda yang dapat Anda kembangkan di waktu luang Anda! Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang rangkaian keterampilan paling penting yang merupakan benang merah antara jurnalis yang sukses dan merupakan bagian integral untuk dipelajari oleh calon muda.
1. Pengetahuan jurnalistik
Menguasai dasar-dasar subjek dengan baik adalah kunci sukses di bidang apa pun, dan hal yang sama berlaku untuk dunia jurnalisme. Memiliki pendidikan jurnalisme yang solid dapat memastikan bahwa Anda memahami bidang jurnalisme dan media penyiaran dengan baik sebelum melangkah ke lapangan sebagai seorang profesional. Ini mencakup keduanya – teori maupun aspek praktis jurnalisme penyiaran.
2. Komunikasi
Seperti dibahas di atas, kemampuan seorang jurnalis untuk berkomunikasi dengan baik membantu terhubung dengan audiens dan memungkinkan mereka menyampaikan maksud mereka dengan baik. Kata-kata yang diucapkan sangat penting ketika menyangkut peran jurnalisme seperti pembawa berita, reporter, dan artis sulih suara. Komunikasi tertulis dan kemampuan untuk mengartikulasikan dengan baik di atas kertas adalah keterampilan utama yang perlu dimiliki atau dikembangkan oleh jurnalis penyiaran, karena pekerjaan ini melibatkan banyak penulisan, penelitian, pengembangan skrip, pembuatan konten, dan pengeditan.
3. Literasi digital
Bukan rahasia lagi bahwa dunia didorong oleh teknologi digital saat ini, dan sangat penting bagi jurnalis saat ini untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang hal-hal seperti media sosial, situs web, aplikasi, smartphone, laptop, tablet, dan media penyiaran lainnya. Literasi digital sangat diperlukan saat ini dan akan menjadi lebih penting dalam waktu dekat, dengan sebagian besar audiens beralih dari jurnalisme cetak ke jurnalisme siaran. Menggunakan multimedia untuk tujuan mendongeng adalah cara di depan dan konten berbasis visual (slideshow, grafik, grafik, diagram, dan video) diatur untuk mendominasi di masa mendatang.
4. Kekuatan menggenggam
Kemampuan seorang jurnalis untuk belajar di tempat kerja, menyerap banyak informasi baru dan memprosesnya sedemikian rupa sehingga disebarluaskan dengan benar adalah sangat penting. Jurnalis siaran diharapkan cepat dalam mempelajari berbagai mata pelajaran baru dan mereproduksi informasi agar dapat dicerna oleh khalayak.
Baca juga : Sorotan Karir: Masa Depan Jurnalisme
5. Penelitian dan perhatian terhadap detail
Jurnalisme adalah semua tentang penelitian dan perhatian terhadap detail. Laporan berita diharapkan memiliki kredibilitas tertentu, dan ini hanya dapat diperoleh dari penelitian yang ekstensif. Bayangkan harus membuat cerita tentang masalah J&K tanpa pengetahuan yang cukup tentang topik tersebut! Fitur Anda juga tidak akan membawa substansi, begitu pula penonton tidak akan menerima atau menonton ceritanya. Ada banyak persaingan untuk topik populer atau topik terkini di pasar berita, jadi jurnalis siaran tidak bisa selangkah di belakang kurva.
-
4 Cara Mahasiswa Jurnalistik Bisa Sukses
Jurnalisme sedang sekarat, dengan editor dan jurnalis berpengalaman kehilangan pekerjaan mereka dan pendatang yang memenuhi syarat berjuang untuk mendapatkan kaki di pintu … Atau setidaknya, itulah ide yang mungkin diambil oleh mahasiswa jurnalisme dari membaca berita dan blog industri.
Sebuah laporan tentang angka angkatan kerja menunjukkan lonjakan jumlah jurnalis dari 57.000 pada 2007 menjadi 70.000 pada 2013 dan mengecam penurunan reporter surat kabar lokal dan munculnya situs dan konten baru digital.
Masuk ke industri tetap sangat kompetitif dengan calon peserta pelatihan sering kali mendapati bahwa mereka perlu melakukan beberapa magang untuk mendapatkan pengalaman dan kontak yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan; Lewatlah sudah hari-hari di mana surat kabar akan mempekerjakan gerombolan sub editor karena peran ini sekarang dilakukan oleh reporter sendiri atau outsourcing. Meskipun ada pelatihan jurnalisme peran yang tersedia di daerah, mayoritas masih terkonsentrasi di London. Biaya hidup di ibu kota adalah rintangan lain bagi lulusan baru yang mungkin berjuang dengan tingkat utang yang tinggi saat mencari pekerjaan. Tambahkan ke dalam campuran fakta bahwa jurnalis adalah profesional kedua yang paling tidak dipercaya di Inggris setelah skandal peretasan telepon dan sensasi tabloid, dan jelas bahwa jurnalisme adalah industri yang mudah berubah.
Dalam suasana ini, sangat penting bagi mahasiswa jurnalisme untuk mulai secara aktif merencanakan kesuksesan selama gelar mereka, melampaui persyaratan kursus mereka dan mempertimbangkan untuk menempatkan keterampilan mereka untuk bekerja di industri alternatif.
Jadikan Multi-media
Jurnalisme tidak lagi semata-mata tentang reporter yang mengajukan cerita tertulis, dengan ruang redaksi menjadi platform multimedia. Di antara jurnalis AS, pelatihan yang paling diinginkan adalah keterampilan media sosial, digital, dan produksi.
Banyak kursus jurnalisme di Inggris sekarang menawarkan pelatihan di bidang ini, tetapi ini tidak berarti bahwa siswa harus berasumsi bahwa kursus mereka mencakup semua yang perlu mereka ketahui. Terlibat dengan kehadiran media sosial serikat mahasiswa atau melakukan modul dalam produksi video dapat memberikan keunggulan ekstra pada CV yang dicari oleh pemberi kerja.
Pengalaman, Pengalaman, Pengalaman
Ini adalah ide yang baik untuk melampaui penempatan kursus standar dan pengalaman kerja. Pembicara tamu dapat memberikan titik kontak yang baik untuk menemukan pengalaman kerja, serta membuat kontak jangka panjang yang bermanfaat.
Radio lokal disebut-sebut oleh banyak orang sebagai cara terbaik untuk mendapatkan pengalaman yang bermanfaat, bersama dengan surat kabar lokal. Biasanya dimungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman langsung di publikasi atau stasiun lokal ini. Ini bisa menjadi ide yang sangat baik bagi siswa yang kembali ke rumah selama liburan panjang, karena membuka peluang untuk kolaborasi jangka panjang. Mungkin ada sedikit persaingan untuk penempatan dibandingkan dengan publikasi di kota-kota di mana terdapat universitas dengan kursus jurnalisme yang besar.
Dalam hal mendapatkan penempatan untuk publikasi nasional utama, memiliki klip dari publikasi di luar surat kabar siswa dapat menjadi bonus besar.
Buat Platform Anda Sendiri
Beberapa situs berita yang paling terkenal dan banyak dibaca di Inggris memungkinkan individu menyumbangkan artikel mereka sendiri, termasuk BuzzFeed dan The Huffington Post. Ini adalah kesempatan yang tidak ada duanya untuk menulis tentang berbagai topik, dalam berbagai nada dan untuk membuat karya untuk audiens yang berbeda.
Mendapatkan artikel yang diterima oleh situs yang dihormati menunjukkan keterampilan menulis dan pitching yang berkualitas, sekaligus menunjukkan inisiatif yang sangat penting bagi jurnalis.
Tidak ada jurnalis pemula yang boleh mengabaikan membangun kehadiran media sosial yang kuat di setidaknya satu platform. Twitter mungkin sangat cocok untuk ini, tetapi tergantung pada minat Anda, Tumblr dan YouTube juga perlu diselidiki. Ini adalah kesempatan untuk membangun keterampilan sesuai permintaan, menciptakan dan memelihara hubungan dalam industri dan menunjukkan kemampuan untuk terus mengikuti perkembangan berita dan urusan terkini.
Jangan Fokus Sempit Pada Jurnalisme Tradisional
Munculnya pemasaran konten dan media sosial berarti ada permintaan yang kuat untuk penulis yang dapat melihat, meneliti, dan membuat cerita yang menarik dan mereka yang memiliki keterampilan editorial yang kuat untuk mengawasi produksi.
Bukan hanya jurnalis berpengalaman yang bergerak. Lulusan baru mungkin lebih mudah menemukan pekerjaan berbayar di bidang pemasaran daripada jurnalisme. Konvergensi antara PR dan pemasaran adalah salah satu topik industri panas dan ini memberikan lulusan jurnalisme keuntungan nyata. Mereka sudah memiliki pemahaman tentang dasar-dasar PR, serta pengalaman melempar ide dan mengembangkan kontak.
Untuk peran yang berfokus pada kurasi dan manajemen konten, keterampilan editorial sangat penting dan memiliki ini membuka peluang untuk manajemen komunitas di situs berita serta untuk merek. Jadi, sementara wajah jurnalisme berubah, bagi siswa yang cerdas dan antusias, masih ada banyak kesempatan untuk menggunakan keterampilan itu dan mengembangkan karier mereka.
Ketahui juga tentang: Tips Untuk Calon Jurnalis Muda
-
Kesalahan wajib dihindari sebagai jurnalis
Ruang redaksi bisa menjadi tempat yang sulit bagi pekerja magang. Anda perlu mengesankan tetapi Anda tidak ingin menginjak kaki apa pun. Zev Singer membagikan tipsnya untuk magang.
Ruang redaksi bisa menjadi tempat yang sulit bagi pekerja magang. Anda perlu mengesankan tetapi Anda tidak ingin menginjak kaki apa pun.
Zev Singer, baru-baru ini menjadi reporter dan editor untuk Ottawa Citizen selama 15 tahun, berbagi 11 kesalahan yang harus dihindari oleh pekerja magang saat menavigasi ruang berita.
1. Takut mengganggu tugas editor assignment
Wartawan muda sering kali begitu mementingkan penampilan duniawi dan mampu sehingga mereka tidak berani menjelaskan apa yang diinginkan dari mereka dalam sebuah tugas. Ini mundur. Penampilan berarti sangat sedikit dalam pekerjaan di mana kualitas pekerjaan Anda begitu telanjang dipajang sejak Anda mengajukan. Jauh lebih baik untuk terlihat gelisah dan kemudian menyampaikan cerita Anda secara berlebihan daripada menjadi bosan dan tidak kembali dengan barangnya.
2. Menyebutkan rekaman itu
Jangan pernah mengetik kata-kata “pita polisi kuning.” Hanya dalam arti harfiah yang paling tidak berguna adalah “warna” ini dari pemandangan. Ketika Anda menulis kata-kata “pita polisi kuning,” apa yang sebenarnya Anda katakan kepada pembaca adalah, “Saya tidak punya apa-apa. Saya berdiri di sini di luar, dikurangi menjadi memberi tahu Anda bahwa pita polisi berwarna kuning.” Situasi ini seharusnya membuat Anda kesal, karena tugas Anda adalah membuat pembaca melampaui batasan itu. Ini bukan berarti sudah waktunya untuk menyatakan diri Anda gagal sebagai jurnalis. Anda mungkin belum memiliki sumber polisi Anda sendiri, dan bahkan reporter terbaik pun terkadang tertutup. Tapi setidaknya punya akal untuk tidak menyiarkannya dengan mengikutsertakan YPT yang ditakuti.
3. Lempar handuk di atas fatal
Anda tidak sendirian dalam membenci cerita kecelakaan mobil yang fatal. Tapi ingatlah pemikiran berikut, jangan sampai bagian kecil dari pekerjaan ini mendorong Anda untuk keluar lebih awal dari bisnis. Selama berkarir, Anda akan mewawancarai cukup banyak orang untuk menyadari bahwa ada banyak tipe kepribadian yang berbeda di luar sana. Ini berarti Anda kadang-kadang akan menemukan kerabat yang merasa nyaman berbicara dengan Anda dan senang atas kesempatan untuk mengatakan sesuatu tentang orang yang mereka cintai. Anda mencari orang-orang itu, jadi pada dasarnya tidak sopan untuk bertanya kepada kerabat apakah mereka ingin berbicara—asalkan Anda ingat bahwa tragedi ini adalah tempat, secara emosional, di mana mereka tinggal dan di mana Anda baru saja berkunjung. Jika sudah jelas mereka tidak ingin berbicara dengan Anda, jangan memaksa. Jika Anda berperilaku sopan, Anda akan melewatinya, dan kadang-kadang Anda bahkan akan menulis cerita hebat yang akan dihargai oleh keluarga.
4. Menipu pesaing Anda
Berikan pujian kepada pesaing Anda berdasarkan nama ketika mereka memiliki eksklusif. Adalah satu hal ketika beberapa outlet yang bersaing memiliki sesuatu yang belum Anda konfirmasi, dan Anda berkata, “menurut laporan media.” Tetapi jika beberapa reporter di luar sana berusaha keras untuk mendapatkan berita yang sah dan satu-satunya yang mendapatkannya, jangan menjadi brengsek. Beri nama outlet itu. Jika itu membunuh Anda untuk mengetik nama, itu pertanda sehat. Jika Anda ingin menghindari perasaan itu, lakukan dengan biaya sendiri, dengan pergi keluar dan mencari informasi sendiri.
5. Kvetching
Jika Anda tidak setuju dengan editor Anda tentang sesuatu, jangan mengomel kepada rekan kerja Anda. Miliki nyali untuk menyelesaikannya dengan bos Anda. Miliki kepercayaan diri yang cukup—pada diri sendiri dan atasan Anda—untuk percaya bahwa jika Anda benar, Anda akan menang dan cukup rendah hati serta berpikiran terbuka untuk percaya bahwa Anda mungkin, sepatutnya, kalah. Jadi siput. Tapi begitu selesai, dan Anda telah setuju untuk membuat cerita, ambil kepemilikan cerita itu dan berjuang sampai mati untuk mendapatkannya. Jangan menjadi tipe orang yang kemudian berkata, “Yah, itu bukan ide saya.”
6. Mencari objektivitas di semua tempat yang salah
Tak satu pun dari kita ingin menghakimi dalam jurnalisme atau dalam kehidupan. Namun banyak orang salah paham apa artinya dan resah bahwa jika mereka sampai pada pendapat bahwa ada sesuatu yang salah secara moral, kawat trip otomatis akan menempatkan mereka dalam penilaian atas setiap dan semua orang yang melakukan hal itu. Ini tidak benar. Anda, seperti semua orang, memiliki hak filsuf untuk merenungkan pertanyaan, “Apa cara terbaik untuk hidup?” Tidak lebih diinginkan daripada mengosongkan diri dari semua nilai atas nama objektivitas. Menjadi menghakimi berarti melupakan fakta bahwa Anda memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang orang tertentu, bahkan orang yang sangat Anda kenal, dan membiarkan diri Anda percaya bahwa Anda berada dalam posisi untuk mengukur nilainya sebagai manusia.
-
Mengatasi Normal Baru: Era Pandemi Jurnalisme
Kami menyebutnya Dunia COVID-19. Saat dunia berjuang untuk bertahan dari pandemi, jurnalis dengan cepat beradaptasi dengan keadaan normal baru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020 menyatakan COVID-19 sebagai pandemi, menunjuk ke lebih dari 118.000 kasus penyakit Coronavirus di lebih dari 110 negara dan wilayah di seluruh dunia, dan risiko penyebaran global lebih lanjut. Dan prediksi terburuk menjadi nyata. Pada 19 Mei 2020, COVID-19 telah memengaruhi 212 negara dan wilayah, dengan 4.735.622 kasus positif terdeteksi, termasuk 316.289 kematian, dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Anda bisa melihat langsung live counter .
Mengadopsi protokol COVID-19 baru, liputan media di Indonesia telah berubah secara dramatis. Acara nasional dan lokal ditunda, konferensi pers diadakan melalui chat room online melalui Zoom, Google Meet, Blue Jeans, skype dan beberapa aplikasi lainnya. Meski demikian, tidak 100 persen penjaminan bisa dilakukan dari jarak jauh. Jika sangat dibutuhkan, jurnalis tetap harus turun ke lapangan untuk konfirmasi, terutama jurnalis Televisi yang sangat bergantung pada footage dan video scene. Prosedur Operasi Standar (SOP) wartawan kemudian dibuat ulang demi keselamatan mereka. Saat ini, mereka tidak pernah meninggalkan kantor pusatnya tanpa alat pelindung tambahan seperti masker wajah, hand sanitizer, penyemprot desinfektan dan sarung tangan, dengan tetap mempertahankan protokol jarak sosial.
Sementara sistem produksi berita media cetak dan online tampaknya beradaptasi dengan cepat dengan protokol dengan mengadopsi skenario Working From Home (WFH), radio dan televisi membutuhkan upaya ekstra untuk menyatukan semuanya. Kedua jenis media ini sangat bergantung pada peralatan teknis yang perlu disesuaikan dengan kualitas keluarannya.
Di tengah wabah, penyiar radio dipaksa untuk menyiarkan acara mereka langsung dari rumah mereka, menggunakan aplikasi perekaman audio tertentu. Mereka bahkan membangun studio rumah pribadi hanya untuk memberikan kualitas audio yang tepat, yang merupakan bisnis inti penting mereka.
Alat dasar yang mereka butuhkan adalah mikrofon yang layak yang dapat dihubungkan ke komputer atau laptop mana pun, sepasang headphone, cara untuk terhubung ke sistem pemutaran stasiun mereka, dan yang tak kalah pentingnya adalah sinyal internet yang bagus untuk menjaga kualitas siaran.
Semua wawancara dilakukan dari jarak jauh melalui telepon atau aplikasi e-meeting. Pilihan lainnya adalah merekam rekaman dan mengirim file audio melalui Google Drive dari WeTransfer. Ini seharusnya berfungsi untuk acara radio yang sederhana namun menarik. Ini adalah investasi yang dibutuhkan untuk bertahan dari ketidakpastian.
Televisi di dunia COVID-19 jauh lebih menantang. Peralatan siaran industri belum sepenuhnya dirancang untuk operasi seluler dan jarak jauh. Video peristiwa nyata masih sangat dibutuhkan untuk buletin berita. Alhasil, jurnalis TV tetap diwajibkan untuk meliput dari lapangan.
Sementara Departemen Pemrograman berhasil menyesuaikan jadwal mereka dengan jadwal yang lebih ramah COVID-19, ruang berita berusaha mengatasi situasi yang jauh rumit, terutama untuk saluran berita 24 jam. Ruang Berita TV mungkin tidak dapat sepenuhnya menerapkan skenario Bekerja Dari Rumah (WFH).
Namun karena alasan keamanan, jumlah produsen dan staf yang bekerja di kantor tersebut dipersempit. Mereka diharapkan bekerja dalam shift dan dengan lebih sedikit orang di ruangan itu. Tata letak komputer dan stasiun kerja didesain ulang untuk menyesuaikan dengan jarak aman,
Talkshow berita harian disesuaikan, dengan orang yang diwawancarai tinggal di rumah mereka, diwawancarai melalui Skype, Zoom atau aplikasi panggilan video lainnya. Protocole COVID-19 juga berlaku di News Studio. Jumlah presenter dan juru kamera diperkecil, dan dibatasi hanya untuk 2 atau 3 orang di dalam studio. Operasi lain diharapkan dikendalikan dari jarak jauh. Talkshow mingguan yang melibatkan banyak penonton dibatalkan dan akhirnya dikeluarkan dari daftar program. Televisi kemudian memilih opsi yang jauh lebih aman, seperti program dokumenter dan kalengan.
Lihat Juga : Tips Untuk Calon Jurnalis Muda.
-
Sorotan Karir: Masa Depan Jurnalisme
Kebenaran. Baru-baru ini memicu perdebatan, terutama dengan munculnya propaganda atau informasi palsu yang diterbitkan dengan kedok sebagai berita otentik.
“Kami memiliki risiko nyata dalam masyarakat kita pada hari-hari dan tahun-tahun ke depan kehilangan sentuhan dengan apa yang sebenarnya,” kata Matt Murray, yang baru editor-in-chief dari The Wall Street Journal, selama baru-baru ini 50 th ulang tahun Wharton Seminar for Business Journalists, yang diadakan di 48 Lounge di New York City.
Murray bergabung dengan Andy Serwer, editor-in-chief Yahoo! Finance, dan Stephanie Mehta, pemimpin redaksi Fast Company, melengkapi panel media yang dimoderatori oleh jurnalis lama dan pakar yang membahas masa depan jurnalisme bisnis, dan lebih luas lagi, jurnalisme sebagai sebuah profesi.
Di bawah ini adalah wawasan industri utama yang dibagikan oleh para pemimpin jurnalisme ini, termasuk teriakan tentang kekuatan Snapchat.
Apakah Anda sedang mengerjakan koran sekolah atau bercita-cita untuk menulis untuk majalah atau publikasi harian besar suatu hari nanti, pertimbangkan pemikiran ini dari jurnalis yang telah melakukan semua itu dan banyak lagi.
Beda Orang, Beda Perspektif
“Sekitar 10 tahun lalu, saya sangat khawatir jurnalisme akan benar-benar kehilangan keberagamannya,” kata Mehta, yang menjadi pemimpin redaksi Fast Company pada Februari 2018.
“Saya merasa pekerjaan Jurnalisme tidak dibayar dengan baik. Anda melihat tempat seperti Vanity Fair [di mana Mehta sebelumnya menjadi wakil editor] dan semua magang terhubung dan memiliki hubungan yang baik yang membantu mereka mendapatkan magang Condé Nast, yang sangat merugikan orang-orang yang tidak memiliki sarana dan berasal dari latar belakang yang kurang mampu.
Saya tidak hanya berbicara tentang keragaman etnis atau ras, tetapi juga orang-orang dari sekolah negeri dan latar belakang yang lebih miskin.
Saya yakin bahwa profesi ini akan menyingkirkan segala jenis keragaman dan jurnalisme akan ditinggalkan dengan anak-anak istimewa yang pindah ke bisnis ini.
Ketika saya melihat staf saya dan staf Anda, saya senang profesi ini masih memberi ruang bagi orang-orang yang tidak bersekolah di Ivy League. ”Wartawan Memiliki Tanggung Jawab Besar
“Jika Anda memiliki moxie untuk terjun ke jurnalisme hari ini, itu benar-benar luar biasa. Mendongeng seperti bisnis film tahun 1958; itu akan meledak dan menjadi sangat mengasyikkan. Jika Anda terbuka untuk itu, ini saat yang tepat, “kata Murray, yang menjadi pemimpin redaksi The Wall Street Journalpada 11 Juni.
“Sebagai konsumen dan pendukung berita, media melakukan banyak kesalahan dan banyak dipukuli. Semakin banyak, ada aktor yang menyerang kita secara taktis dalam bisnis dan politik. Banyak orang yang siap untuk datang dan bergabung dengan kereta itu, dan terus terang terkadang kami pantas mendapatkannya.
Namun, kita memiliki risiko nyata dalam masyarakat kita di hari-hari dan tahun-tahun mendatang jika kita kehilangan kontak dengan kebenaran itu. Saya tidak mengatakan itu dengan benar seolah jurnalis memiliki lisensi tentang kebenaran.
Pikirkan tentang video palsu, propaganda, dan AI dan kemana arahnya, serta datanyatersedia pada kami. Mencari tahu apa yang benar akan lebih sulit. Itu adalah ancaman bagi kita semua… Saya pikir ancaman itu cukup besar bagi masyarakat sehingga jurnalis harus melakukannya dengan benar.
Jurnalisme harus melakukan bagiannya. Saya senang dengan kesempatan bagi sebagian dari kita untuk menonjol dan membuatnya berhasil, tetapi kita semua harus menganggapnya serius bahwa kita memiliki tanggung jawab terhadap kebenaran dan untuk memahami kebenaran. ”Jelas Tentang Apa yang Anda Lakukan
“Saya pikir jurnalis belum melakukan pekerjaan yang cukup baik untuk bersikap transparan tentang bagaimana kami melakukan pekerjaan kami,” kata Mehta.
“Kami mengharapkan transparansi dari organisasi lain, tetapi ketika saya berbicara dengan orang-orang, mereka tidak tahu bagaimana kami melakukan pekerjaan kami.
Mereka tidak mengerti bahwa seorang penulis tidak hanya menulis sesuatu dan menaruhnya di majalah atau koran atau online.
Kita perlu menjelaskan kepada publik dengan lebih baik bahwa kita memiliki check and balances, seperti pemeriksa fakta, lebih dari satu orang melihat sebuah berita, atau bahkan pengacara yang memeriksanya.
Saat kami berupaya membangun kembali kepercayaan publik, transparansi yang lebih besar tentang proses kami akan sangat bermanfaat. ”Lihat Juga: Tips Untuk Calon Jurnalis Muda.
-
Tips Untuk Calon Jurnalis Muda
Sebagai anggota media dan penyedia nasihat karir, beberapa pertanyaan teratas yang saya terima melalui email dan secara langsung adalah bagaimana saya sampai ke posisi saya saat ini dan apakah saya merekomendasikan untuk mengejar jurnalisme sebagai profesi. Sebagian besar berasal dari siswa sekolah menengah atau perguruan tinggi, dan yang ini tampak begitu tulus sehingga saya memutuskan untuk menjawabnya di depan umum, mungkin untuk membantu para jurnalis muda dan bercita-cita tinggi lainnya.
Terima kasih atas pertanyaan Anda, Alyssa. Biarkan saya memecahnya menjadi beberapa bagian.
1. Inspirasi
Kecintaan saya untuk meletakkan pena di atas kertas dimulai sejak dini. Bahkan sebelum saya bisa membaca, saya memohon kepada ibu saya untuk mengajari saya. Begitu saya bisa, saya suka menulis cerita. Di sekolah dasar saya menulis dan mengikat buku 10 halaman tentang persahabatan, menulis lirik lagu untuk band rock perempuan kami The Crying Onions dan bekerja di “koran” sekolah (lebih seperti pamflet, sebagian besar diisi dengan puisi saya tentang cuaca) . Semuanya terdengar sangat menggemaskan, dan saya yakin begitu, tetapi intinya adalah: Saya selalu menjadi penulis dan pendongeng.
Ketika saya mulai mengajukan pertanyaan yang lebih praktis — bagaimana cara mendapatkan uang dengan keterampilan saya? —Jurnalisme tampak jelas. Anda bisa belajar setiap hari, bertemu orang-orang yang menarik, menulis dan berbicara tentang ide-ide baru, dan sesekali mendapatkan tas swag yang manis. Bagaimana Anda tahu Anda menyukainya? Saya tidak bisa menjawabnya untuk Anda. Tetapi jika Anda memilih untuk mengejar bidang ini, Anda harus memiliki bakat dan semangat untuk melewati masa-masa sulit.
2. Pendidikan
Saya mendapat gelar jurnalisme dan sosiologi sarjana dari Universitas New York. Saya merekomendasikan untuk mengejar gelar jurnalisme dan mengambil jurusan ganda pada sesuatu yang sangat berbeda untuk mendiversifikasi diri Anda sendiri. Jika saya bisa melakukannya lagi, saya akan melipatgandakan ilmu komputer. Beberapa kolega saya di industri ini tidak mempelajari jurnalisme dan sangat sukses. Ini tidak wajib, tetapi akan lebih mudah.
Tetap saja, jurnalisme adalah bidang perbuatan. Pada akhirnya, Anda harus bisa berbicara dengan orang-orang, melihat tren, mengatur penelitian Anda dan mengkomunikasikannya dengan cara yang menarik. Secara online, proses pengeditan sedang berubah. Semakin banyak, tanggung jawab ada pada setiap jurnalis untuk mengemukakan gagasan dan melaporkan, menulis, mengedit, menerbitkan, dan mempromosikan karya itu sendiri. Itu membutuhkan kemandirian, dorongan, dan perhatian terhadap detail, yang tidak bisa diajarkan di kelas.
3. Peluang Kerja
Meskipun media berkembang pesat, saya masih menempatkan pekerjaan jurnalisme dalam dua wadah: penyiaran dan cetak. Dalam siaran, yang berarti berita TV dan radio, Anda bisa menjadi penyiar atau penulis / produser karya yang akhirnya mengudara, atau campuran keduanya. Pekerjaan saya sebagian besar di sisi cetak, tetapi jika saya bisa kembali, saya akan mengambil setidaknya satu kelas jurnalisme siaran. Penulis online sekarang diminta untuk membuat video web mereka sendiri, dan penulis cetak biasanya sering diminta mengudara untuk mempromosikan karya mereka. Yang saya maksud dengan media cetak adalah surat kabar dan majalah fisik dan digital, layanan kawat dan situs web.
Secara keseluruhan, bidang ini sedang berkontraksi, tetapi jika Anda baik dan pintar tentang hal itu, Anda dapat menemukan pekerjaan. Sumber daya yang berguna adalah mediabistro, JournalismJobs, dan Indeed. Salah satu pilihan yang baik untuk jurnalis muda yang bercita-cita tinggi adalah masuk ke layanan kawat seperti Associated Press atau Dow Jones. Mereka mengelola tes berita melalui universitas dan, jika mereka menyukai Anda, menempatkan Anda di salah satu pasar mereka. Saya ditawari posisi reporter di Florida setelah lulus sekolah tetapi, karena alasan yang akan saya diskusikan sebentar lagi, saya menolaknya. Meskipun saya memiliki rencana berbeda, ini adalah kesempatan besar bagi banyak orang.